Thursday, January 22, 2009

MERAJUT SEMANGAT KEBANGSAAN

MERAJUT SEMANGAT KEBANGSAAN
Oleh : Arman A.Amirullah


Suatu bangsa akan berwibawa manakala bangsa itu dapat mempertahankan dirinya sebagai layaknya suatu bangsa, tidak dilecehkan tetapi dihormati oleh bangsa lain.
Dalam rangka ini semua bangsa-bangsa di dunia ini berlomba untuk mengangkat harkat dan martabatnya dengan berbagai upaya dan cara untuk mewujudkan citranya sebagai bangsa yang beradab dan berwibawa di depan bangsa-bangsa lain.
Memang masih ada, terutama bangsa yang memiliki power, dalam rangka mencapai maksud tersebut justru dilakukan dengan cara merendahkan martabat bangsa itu sendiri, melalui tindakan yang melanggar norma-norma hukum internasional, bahkan melanggar hak azasi manusia sekalipun.

Dari gambaran di atas membuktikan begitu pentingnya peradaban dan kewibawaan suatu bangsa.

Namun ada cara bijak untuk mencapai semua itu dengan jalan membangun PENDIDIKAN suatu bangsa.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Singapore dll berusaha sekuat tenaga untuk membangun sektor pendidikannya, karena mereka sangat SADAR bahwa begitu pentingnya suatu Pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa.

Sehingga anggaran negaranya dialokasikan untuk memajukan bidang pendidikan. Bagi negara-negara maju untuk sektor pendidikan ada yang sudah mengalokasikan dana pendidikan melebihi 35 % dari jumlah anggaran negaranya.

Coba bandingkan dengan negara kita yang untuk mencapai angka 20% saja harus mengubah UUD 1945, itupun baru tahun ini 2009 bisa mencapai 20%, sampai-sampai para guru menggugat UU APBN tahun 2006 dan dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi. Itu artinya pemerintah sudah terindikasi melanggar konstitusi.
Tapi anehnya kita membiarkan konstitusi tersebut dilanggar tanpa merasa bersalah sedikitpun.

PENDIDIKAN UNTUK SIAPA?
Kenapa kita harus bertanya : pendidikan untuk siapa ?
Jawaban pertanyaan ini dapat kita lihat fakta yang terjadi saat ini. Begitu banyak orang menuntut ilmu atau memperoleh pendidikan sampai ke luar negeri dan bahkan banyak pula yang dibiayai oleh negara.
Akan tetapi hasil pendidikan yang diperoleh tersebut sebagian besar digunakan sepenuhnya untuk kesuksesan pribadi, perusahaannya /holdingnya, sekolahnya, yayasannya, almamaternya, bukan untuk BANGSA nya! .

Akibatnya masing-masing orang memikirkan kepentingannya sendiri atau kelompoknya masing-masing. Sudah jarang kita temui saat ini orang yang memikirkan nasib bangsa ini kedepan, apalagi kalau kita bertanya; apa yang telah kita perbuat untuk kemajuan bangsa ? pastilah kita malu untuk menjawab pertanyaan tersebut karena kebanyakan dari kita lebih terfokus untuk bersaing dalam hal menonjolkan kesuksesan personal dari pada kesuksesan bangsa sendiri di depan bangsa-bangsa lain di dunia. Semangat inilah yang perlu kita pertanyakan kembali kepada hati kita masing-masing yang merasa peduli kepada bangsa sendiri.

Jika ego yang hanya memikirkan kesuksesan personal ini terus bersemayam di dalam hati sanubari kita maka bangsa ini tidak akan sanggup untuk bangkit mengejar ketertinggalan dengan negara- negara Asean seperti Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, Philipina, apalagi dengan China, Jepang dan India sangat jauh kita ketinggalan dari mereka, masihkah kita tidak mau memikirkan nasib bangsa in ?

Siapa yang akan memikirkan nasib bangsa ini kalau setiap orang beranggapan bahwa “ kalau saya sendiri, tidak bisa mengubah keadaan ini, dan akan digilas oleh system yang ada “.
Kalau semua orang berpendapat demikian, siapa lagi yang memikirkan bangsa-Nya ?
Kalau semua orang pesimis dengan keadaan ini, kapan bangsa ini bisa maju ? penulis meminjam kata Rhenald Kasali: seandainya setiap orang beranggapan ” negaraku membutuhkan aku untuk merubahnya ”.
Bagaimana kalau yang terjadi sebaliknya, semua orang beranggapan ” negeriku sulit untuk berubah ”, maka tunggulah kehancuran bangsa ini.

APA YANG HARUS KITA LAKUKAN SAAT INI ?
Untuk mengatasi semua ini, maka mau tidak mau kita sebagai warga negara yang cinta dengan bangsanya harus mempunyai rasa cinta dengan tanah kelahiran kita, tanah tempat kita mencari nafkah sehari-hari secara turun temurun.
Apakah kita tidak malu dengan perjuangan para pahlawan kita, yang demi untuk anak cucunya mereka rela mengorbankan nyawanya, demi untuk bangsanya, mereka rela disiksa, rela melihat orang yang paling dicintai gugur sebagai pahlawan, bahkan kakek penulis sendiri disiksa oleh penjajah karena tidak mau berhianat kepada bangsanya dengan cara yang menyedihkan. Belum lagi pengorbanan rakyat kita yang terkenal dengan peristiwa ” korban 40.000 jiwa di Sulawesi-Selatan” dan tentunya banyak lagi yang tidak bisa disebut satu persatu.
Sungguh suatu pengorbanan yang mulia demi karena cinta kepada negara dan bangsa INDONESIA.
Kami rasanya malu kepada para pahlawan yang telah gugur demi kejayaan bangsa.
Apakah kita masih tidak mau memikirkan bangsa ini ? apakah kita masih memilih untuk memikirkan kepentingan masing-masing atau golongan ?.
Saatnya kita harus merajut dan bersatu untuk bersama-sama memikirkan bangsa ini, minimal kita memikirkan ” apa yang dapat saya lakukan untuk bangsaku ”.

Kepada adik-adikku yang masih menuntut ilmu di Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi , minimal dapat memicu semangat belajar dengan tekad bahwa negaraku membutuhkan aku untuk berubah.
Kepada generasi muda, mari kobarkan semangat di dada, semangat juang para pahlawan yang telah gugur mendahului kita dengan meneruskan cita-citanya.
Kepada para cendekiawan, andalah tumpuan harapan kami untuk memikirkan bangsa ini.
Kepada para pemimpin, andalah pemegang amanah negeri ini, pemegang amanah para pahlawan yang telah gugur mendahului kita.
Kepada para politisi, andalah pengambil kebijakan dalam kemajuan bangsa ini, penentu masa depan bangsa, jangan lagi berebut kekuasaan demi kepentingan kelompok atau golongan masing-masing, tengoklah rakyat kita yang sedang bergelut berjuang sekedar mempertahankan hidup.
Kepada para penegak hukum, andalah tempat berlindung para pencari keadilan, pemegang amanah rasa keadilan, pencipta ketaatan dan kesadaran hukum .
Kepada para petinggi Angkatan Bersenjata, andalah pengawal bangsa ini dari para penjajah, pengawal bangsa dari gangguan pergaulan internasional, pengawal lautan yang melimpah ruah, pengawal aset bangsa.
Kepada para ulama/rohaniawan, andalah penyejuk dan penerang alam ini, maka sejukkanlah bangsa ini dari kegarangan, kecongkakan dan ketamakan.
Kepada rakyat tercinta, kitalah penerus jiwa para pejuang yang telah gugur, berilah balas budi kepada para pahlawan kita dengan tidak merusak alam ini.
Kepada para jurnalis, andalah corong pembangunan bangsa, pengawal reformasi, pembawa berita untuk mencerdaskan bangsa.
Kepada para guru tercinta, andalah pencetak generasi yang cinta dengan tanah airnya, pencetak generasi kreatif, perekayasa, pencipta, generasi pembaharu, generasi holistik, generasi yang bermoral.

Kalaulah semua elemen bangsa ini menyadari amanah yang diwariskan oleh para pahlawan kita, maka tentunya kita menuntut ilmu dalam rangka membangun bangsa, bukan dalam rangka membangun kemapanan dan kesuksesan personal semata.

Keahlian, keterampilan, kemampuan, kecerdasasan yang kita dapatkan sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa akan kita manfaatkan sepenuhnya untuk kemajuan bangsa demi anak cucu kita di masa depan.
Penulis sungguh terharu membaca Motivation Letter yang ditulis oleh Andrea Hirata dalam proposal risetnya untuk memperoleh beasiswa ke Sorbonne Prancis dikatakan bahwa : ” Akan saya sumbangkan seluruh ilmu dan pengalaman riset yang saya dapatkan di Sorbonne demi kemajuan nusa dan bangsa, demi tanah tumpah darah saya! Tak berlebihan saya sampaikan bahwa secara diam-diam, sebenarnya saya telah lama bercita-cita ingin mencurahkan seluruh kemampuan yang saya miliki, tak digajipun tak apa-apa, demi mengangkat harkat dan martabat umat manusia yang masih terbelakang di negeri saya, negeri yang benar-benar saya cintai dengan sepenuh jiwa.....”(Edensor, Buku ke tiga tetralogi Laskar Pelangi ).
Pendidikan yang kita peroleh dengan susah payah, penuh perjuangan, pengorbanan, tidak akan kita gadaikan dengan perbuatan yang merusak bangsa ini. Kita tidak akan tega mengotori pembangunan bangsa ini dengan tindakan korupsi, penyelewengan, penipuan, penyelundupan, menyusahkan orang lain, dsb.
Pendidikan yang kita peroleh akan kita gunakan untuk melanjutkan cita-cita para pahlawan kita, dalam rangka kebangkitan nasional bangsa.
Dalam rangka menyongsong 100 tahun kebangkitan nasional bangsa, maka marilah kita berbuat sesuatu kepada bangsa ini dengan mengabdikan pendidikan kita untuk bangsa INDONESIA TERCINTA.

Penulis adalah staf Direktorat Pembinaan TK dan SD, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.


Arman Andi Amirullah
0813 111 48 000- 08176898817
Jl.Lumbu Tengah III J No.54, Blok IX, Rawalumbu, Bekasi Timur, Jawa Barat.

No comments: