Tuesday, November 11, 2008

SEBERKAS CAHAYA BAGI DUNIA PENDIDIKAN OLEH GEMURUH FILM LASKAR PELANGI

SEBERKAS CAHAYA BAGI DUNIA PENDIDIKAN

OLEH GEMURUH FILM

“ LASKAR PELANGI “


Fenomena laskar pelangi tak henti-hentinya bergema, belum selesai orang – orang membicarakan novelnya yang menjadi novel terlaris sepanjang sejarah negara ini berdiri, kini pengagum buku tersebut tidak sabar menunggu buku ke empat dari tetralogi laskar pelangi yang berjudul “ Maryamah Karpov “. Sekarang kita digegerkan lagi dengan fenomena film laskar pelangi yang membuat 1,5 juta penonton meneteskan air mata haru hanya dalam waktu dua pekan ( Tabloid Bintang edisi 910, Oktober 2008 ).

Betapa tidak membuat orang tercengang, Presiden Republik Indonesia yang disibukkan oleh situasi ekonomi global yang memburuk dapat menyempatkan diri menonton film laskar pelangi bersama 100 anak-anak jalanan dan personil film laskar pelangi sebelum para petinggi atau politisi bahkan budayawan serta para pendidik menonton film tersebut sampai-sampai rapat kabinet terbatas bidang ekuin ditunda pada jam 22.00 – 24.00 WIB setelah selesai menonton film laskar pelangi.

Fenomena ini menyebar sampai di kota-kota besar di Indonesia, seperti di kota Bandung banyak calon penonton yang kecewa karena tidak kebagian tiket, bahkan banyak tiket yang sudah terjual untuk 2 - 3 hari ke depan, begitupun di kota Yogyakarta juga terjadi hal serupa.

Namun penulis tidak akan membahas lebih jauh mengenai fenomena film tersebut, penulis lebih tertarik untuk mengambil hikmah dibalik film tersebut dari sudut pandang dunia pendidikan.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kunci utama kemajuan suatu bangsa adalah bagaimana keseriusan negara tersebut membangun pendidikannya.

Seberkas cahaya bagi dunia pendidikan dapat dipetik dari cerita film laskar pelangi :

1. Salah satu adegan di awal cerita kita melihat Ibu guru Muslimah ( diperankan oleh Cut Mini ) sedang memanggil anak-anak laskar pelangi untuk masuk kelas, akan tetapi anak-anak tersebut tidak memperdulikan apa kata Bu Muslimah, mereka lebih suka menikmati alam yang indah dengan bercanda sesama anggota laskar pelangi.

Akan tetapi begitu sang kepala sekolah “Pak Harfan” ( diperankan oleh Ikranegara ) memanggil anak-anak tersebut dengan metode keikhlasan yaitu dengan menawarkan suatu cerita yang menarik: “ wahai anak-anak..! apakah kalian tidak mau mendengar cerita tenggelamnya kaum Nabi Nuh karena kesombongannya“? serentak anak-anak sang laskar pelangi menjawab “ mau…pak guru..” sambil mereka berlari berlomba memasuki ruang kelas seakan tak sabar lagi mendengar cerita dari Pak guru. Apa yang dapat dipetik dari kejadian tersebut ? yaitu: bagaimana seorang kepala sekolah merangkap guru mampu menghayati perannya sebagai seorang guru yang penuh penghayatan dan keikhlasan sehingga mampu menggerakkan hati anak muridnya untuk masuk ke dalam kelas secara senang hati bukan karena terpaksa atau takut kepada kepala sekolah.

2. Dari sisi teknik pembelajaran, maka pada saat hari pertama anak-anak masuk sekolah Pak Harfan sang kepala sekolah tidak langsung menerangkan tata tertib sekolah atau kewajiban-kewajiban sebagai murid atau pakai seragam baju apa setiap hari?, atau bayar berapa setiap bulan?, apalagi menyinggung masalah mata pelajaran apa besok pagi?, itu sama sekali jauh dari pikiran seorang guru sejati dan guru sesungguhnya seperti pak Harfan, akan tetapi yang dia dilakukan adalah membuat anak tersebut bersemangat untuk meraih cita-cita dan tidak mudah menyerah melalui cerita-cerita yang inspiratif dengan mimik dan suara yang lantang dan terkadang turun naik intonasinya serta sorot mata yang tajam laksana seorang pemain drama kawakan sehingga mampu membius murid baru yang akan menjadi muridnya walaupun hanya berjumlah sepuluh orang, itupun dengan susah payah menunggu sampai siang baru bisa terkumpul sepuluh orang dan manakala muridnya tidak cukup sepuluh maka sekolah pak Harfan harus ditutup. Teknik ini membuat anak murid bersemangat untuk bersekolah, bukan beban atau karena keterpaksaan akan tetapi bagi anak adalah keasyikan.

3. Sosok Ibu Muslimah adalah seorang guru sejati yang sangat mencintai profesinya, ini dapat dilihat pada adegan Ibu Mus dengan perasaan gembira karena Pak Harfan adalah orang pertama yang memberi kepercayaan kepadanya untuk dapat mengajar sebagai seorang guru SD di SD Muhammadiyah Belitong sebagaimana yang dia cita-citakan sejak kecil. Walaupun dengan bermodalkan ijazah SKP ( Sekolah Kepandaian Putri ) setingkat SMP dengan gaji 15 kilogram beras dari sumbangan seorang tokoh masyarakat walaupun terkadang tidak selalu datang.

Pada saat anak-anak laskar pelangi ( gelar pemberian dari Bu Muslimah kepada 10 anak muridnya ) akan mengikuti lomba cerdas cermat maka gaji Bu Mus berupa beras 15 kg dijual untuk membeli kain putih lalu dijahit sendiri oleh Bu Mus untuk dipakai oleh murid-muridnya mengikuti lomba cerdas cermat dan menjadi juara satu ( sungguh suatu perbuatan mulia ). Kepiawaian Bu Muslimah menggali bakat anak didiknya adalah bukti bahwa Bu Mus bukanlah guru sembarangan, beliau mampu menyelami bakat dan kemampuan masing-masing muridnya dan tidak memaksakan kemampuan atau kelebihan setiap muridnya harus sama, Lintang yang lebih jago dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan alam, biologi, Mahar yang jago seni, Ikal yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata untuk semua mata pelajaran, Harun dengan keterbatasan mental, Samson yang tergila-gila dengan tubuh atletis seakan dipahami perbedaan ini oleh Ibu Mus, tidak dipaksakan kepada muridnya untuk mampu terhadap semua mata pelajaran ( bandingkan dengan sistim Ujian Nasional yang memaksakan nilai rata-rata untuk 5 mata pelajaran harus 5,1 ). Bakat muridnya disalurkan dengan tidak melarang Mahar membawa radio kesayangannya setiap hari ke sekolah yang terkadang naik ke pohon untuk menikmati lagu jazznya, begitupun saat Bu Mus memutuskan memberikan kesempatan kepada Mahar untuk memimpin teman-temannya mengikuti karnaval dengan memberi kepercayaan penuh kepada Mahar dalam memilih jenis penampilan yang akan dibawakan dan tanpa diduga diam-diam Mahar berhasil menciptakan kareografer tari asal papua dengan membaca buku hasil pemberian dari Flo anak sekolah kaum borjuis di kampong belitong.

Kemampuan ilmu pedagogi dan wawasan luas, kreativitas serta ketulusan hati yang dimiliki oleh Bu Mus dibuktikan dengan menjadikan alam sebagai kurikulum tidak tertulis dan mampu menjadikan tantangan alam dan keterbatasan fasilitas sebagai faktor pendorong anak-anak laskar pelangi dapat berkembang menjadi orang besar seperti Andrea Hirata, seakan beliau mengerti falsafah kupu-kupu: “bahwa dengan melalui perjuangan menembus kulit kepompong sewaktu berjuang untuk lahir ke dunia ini adalah cara Allah SWT membuat kupu-kupu untuk siap menjalani segala macam tantangan di muka bumi ini”. Sehingga mampu membawa anak-anak laskar pelangi menjadi orang sukses dan menggapai cita-cita sampai ke Sorbone Prancis serta keliling Eropa dan Afrika, itulah penulis novel tetralogi Laskar Pelangi yang dibuat khusus untuk dipersembahkan kepada Ibu Muslimah dan tanpa disengaja novel tersebut menjadi fenomenal karena telah terjual lebih dari 700.000 copy.

4. Pesan moral sekaligus kritikan bagi dunia pendidikan kita yang disampaikan secara bijak oleh Pak Harfan saat berdialog dengan Pak Zulkarnaen selaku tokoh masyarakat yang menjadi donatur tetap SD Muhammadiyah Belitong dikatakan bahwa : “ Kecerdasan itu tidak ditentukan oleh angka-angka akan tetapi kecerdasan itu ada di dalam hati..” pesan ini mengandung makna yang begitu dalam apalagi kalau kita melihat sistem pendidikan kita yang bertumpu pada logika, kecerdasan seakan-akan diukur dari nilai rata-rata ujian nasional atau perolehan medali diajang internasional, padahal banyak orang cerdas atau orang sukses yang bukan berasal dari siswa yang dulunya mempunyai nilai ujian yang tinggi bahkan orang tersebut malah tidak lulus sekolah lanjutan atau orang yang di drop out dari sekolahnya atau universitasnya akan tetapi malah menjadi pencipta lapangan kerja bagi yang nilainya tinggi atau rangking sewaktu sekolah seperti: Bill Gates, Bob Sadino, Matshushita Konosuke( pemilik Panasonic Jepang yang bekas pegawai toko sepeda ). Inilah fakta nyata yang harus diterima bahwa kecerdasan tidak diukur dengan nilai akan tetapi dengan hati, lihatlah murid-murid Pak Harfan/Bu Mus yang kecerdasannya tidak diukur dengan nilai tapi dengan hati akan tetapi mampu menjadi juara karnaval serta menjadi juara cerdas cermat di kampungnya.

5. Satu lagi pesan moral dari seorang kepala sekolah dipedalaman belitong tempat Andrea Hirata bersekolah dikatakan bahwa : “ Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya...bukan hidup untuk menerima

sebanyak-banyaknya”. Suatu kata yang penuh hikmah dari seorang guru yang mampu membuat muridnya menjadi orang berguna bagi bangsanya dengan menulis sebuah buku yang dapat menginspirasi bagi jutaan orang termasuk Presiden Republik Indonesia, Menteri Pendidikan Nasional, para pejabat dilingkungan pemerintahan, anak muda, para remaja, seniman termasuk penulis sendiri, bisa menulis seperti ini karena terinspirasi oleh buku laskar pelangi.

Pelajaran apa yang dapat diperoleh dari film laskar pelangi bagi dunia pendidikan kita ? tentunya bermacam-macam pendapat akan lahir, tetapi yang jelas di depan mata adalah momen ini dapat dijadikan pemicu untuk bangkit menjadi negara maju seperti negara-negara lain di dunia ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia. Amin.

Oleh : Arman A.Amirullah

Direktorat Pembinaan TK dan SD

No comments: