Thursday, September 10, 2009

ANTARA INOVASI, IMPROVISASI, DAN PEMBELAJARAN DI SD

ANTARA INOVASI, IMPROVISASI DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
(oleh: arman andi amirullah )

Inovasi, Improvisasi, dan Pembelajaran..adalah suatu kata yang tak asing di telinga kita.., kata-kata inovasi sering kali menghiasi media cetak, elektronik dan dunia perbukuan di Indonesia, begitupun kata improvisasi sangat akrab di telinga musisi ataupun aktor serta para sutradara...tapi apakah pernah disadari oleh para pendidik kita bahwa:
bagaimana jadinya apabila ketiga kata tersebut terjadi kolaborasi yang optimal serta dilandasi dengan kekuatan cinta dan kasih sayang...?
dan apa pula dampaknya bagi perkembangan kualitas bangsa ke depan ?.
Mari kita coba untuk menelaah lebih dalam dari sebuah kata yang bernama Inovasi..., bukankah kata ini yang membuat bangsa Jepang maju terutama dunia otomotifnya karena dilakukannya inovasi secara terus menerus terhadap mobil-mobil Jepang? dan membuat dunia otomotif Amerika hampir gulung tikar ! Bukankah juga karena kata inovasi maka terjadi perkembangan teknologi di dunia ini secara cepat ?.
Lalu bagaimana dengan kata improvisasi...! bukankah kata ini yang membuat seorang pelawak atau seorang penyanyi bisa menjadi presenter yang banyak dicari oleh dunia televisi dengan bayaran yang sangat mahal karena improvisasinya yang bagus? Bukankah karena kata ini banyak penyanyi yang sukses karena kepintarannya melakukan improvisasi dalam membawakan sebuah lagu ? bukankah karena kata ini pula banyak lahir jenis-jenis musik yang baru dan menjadi ngetop ? sampai-sampai kegemaran browsing di internet secara On-Line bisa jadi lagu dan ngetop ! bahkan karena dia sering lupa syairnya-pun bisa jadi lagu yang terkenal.. ! belum lagi hanya gara-gara sulit mendapatkan jodoh pun bisa menjadi lagu ngetop karena ” Improvisasi ”.

Masihkah kita mau menganggap remeh kata-kata tersebut ?.
Lalu bagaimana pula nasib kata pembelajaran di sekolah ?
Duh...sungguh malang nasibnya kata tersebut...sejak puluhan tahun yang lalu tidak banyak membuat perubahan terhadap negeri ini...kata tersebut sering diolok-olok dengan persamaan kata: Kaku, monoton, membosankan, memberatkan, tidak kreatif, miskin, tertekan, menyeramkan, mati, beku, dingin, tidak bersemangat, tidak mempunyai ruh.....dan segala macam olok-olok yang diterimanya...
Apakah kata pembelajaran tersebut akan mengalami nasib seperti itu selamanya ?
Tidak..! karena kata inovasi dan improvisasi dapat melakukan sesuatu yang besar dengan melakukan kolaborasi yang cantik sehingga bisa menolong pembelajan di sekolah untuk keluar dari masalah yang dihadapinya....

Bagaimana caranya..?
Yaitu inovasi dan improvisasi akan bereaksi melakukan kerja sama yang baik dengan pembelajaran sehingga nasib pembelajaran akan sama dengan nasib mobil-mobil Jepang, karena akan senantiasa dilakukan inovasi secara intensif melalui perenungan yang mendalam, serta dengan mencontoh negara-negara yang sudah berhasil dalam hal inovasi.......
Setelah ditolong oleh kata inovasi, maka kata improvisasi turut serta ikut bergabung bersama inovasi dalam membuat pembelajaran di sekolah menjadi kreatif, inovatif, hidup, berkarakter, inspiratif, penuh cinta dan kasih sayang yang tulus serta menyenangkan.
Bagaimana agar para pendidik kita dapat menerapkan kolaborasi tersebut ?
Untuk bisa menerapkan teknik kolaborasi antara inovasi, improvisasi dan pembelajaran para pendidik kita perlu memahami peran dan fungsi otak kanan manusia, karena tugas tersebut adalah wilayah otak kanan....
Kemampuan untuk melakukan inovasi dan improvisasi dalam pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh : apakah orang tersebut berfungsi dengan baik otak kanannya atau tidak.
Pertanyaan selanjutnya : Bagaimana mengaktifkan otak kanan kita ? bisa Anda baca pada artikel terdahulu berjudul ” Teknik Mengaktifkan Otak Kanan Secara Instant ”.

Bagaimana cara kerja inovasi dan improvisasi dalam pembelajaran ?
Hal ini bisa kita lihat bagaimana seorang guru bernama Ibu Muslimah melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan mengajak anak didiknya bersepeda ke Manggar ( Ibu kota kabupaten di belitong ) walaupun harus mengayuh sepedanya sejauh empat puluh kilometer hanya untuk menjelaskan kepada anak didiknya tentang matematika limit dengan menyaksikan langsung bagaimana pesawat itu mendarat dengan kecepatan tertentu.......
Inovasi Ibu Muslimah juga dapat dilihat bagaimana Ibu Muslimah mengajak anak didiknya ke pantai untuk menyaksikan langsung peristiwa PELANGI di langit sehingga terjadi pembelajaran dengan alam, tidak sekedar teori...., beliau juga mengajak anak didiknya untuk mengamati alam sekitar dengan memberi penjelasan tentang kejadian-kejadian alam tersebut dan sekali-kali memberitahu nama latin dari tumbuhan/binatang tersebut.
Dalam melakukan improvisasi Bu Muslimah memberi kesempatan kepada anak didiknya yang mengalami keterbelakangan mental untuk bergabung dengan anak didiknya yang normal, Bahkan terkadang anak didiknya ikut membantu Bu Muslimah dalam berinteraksi dengan si Harun ( anak yang seharusnya bersekolah di SLB ).
Improvisasi selanjutnya dapat dilihat sewaktu Bu Muslimah memberi mandat sepenuhnya kepada anak muridnya yang bernama Mahar untuk menciptakan sendiri apa yang akan dipersembahkan pada acara pagelaran budaya di Kampungnya, dan ternyata si Mahar berhasil menciptakan tari setingkat keahlian seorang kareografer tari dengan gaya ala papua, yang kemudian dapat menjuarai lomba tersebut.
Improvisasi juga dilakukan oleh kepala sekolah laskar pelangi dengan memberi cerita yang menarik kepada calon anak didiknya pada pertemuan pertama, bukan penjelasan teknis tentang peraturan yang berlaku di sekolah tersebut atau jadwal pemakaian baju seragam, atau berapa SPP yang harus dibayar oleh anak setiap bulannya, sehingga mampu membuat anak didiknya terpesona dan menggelorakan semangatnya untuk berjuang demi meraih cita-cita walau dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.
Ukuran kecerdasan bagi Bu Muslimah tidak tunggal, tapi beragam. Murid cerdas bukan hanya monopoli anak jago matematika, seperti Lintang. Sosok demikian hanya menunjukkan salah satu jenis kecerdasan : logical-mathematical intelligence.
Anak yang ulung mengarang dongeng, sekalipun kadang bualan, dan merdu melantunkan gurindam, semacam Mahar, juga berhak menyandang sebutan cerdas pada dimensi berbeda : linguistic dan musical intelligence.
Siswa yang lemot dalam berhitung, namun sok tahu, bermulut besar, banyak teori, selalu optimistis, dan punya jaringan luas seperti Kucai, yang karenanya terus-menerus jadi ketua kelas, tidak berhak dimaki, ” Bodoh!”. Ia memiliki sisi lain kecerdasan : interpersonal dan linguistic intelligence.
Begitulah improvisasi yang dilakukan oleh Bu Muslimah dalam merangsang setiap jenis kecerdasan itu berkembang secara alamiah. Sesuai kapasitas otak, bakat, emosi, dan mental anak. Bu Mus mengajar dengan pendekatan demikian itu hanya dengan mengandalkan naluri kepedulian dan cinta pada pendidikan anak.
Dapat kita bayangkan bagaimana dampaknya apabila para pendidik kita di indonesia memiliki kemampuan untuk melakukan kolaborasi yang cantik antara inovasi, improvisasi dan pembelajaran di sekolah dasar, maka bangsa ini dipastikan dapat menjadi bangsa yang besar, karena para pendidiknya mampu melahirkan orang-orang kreatif bahkan orang-orang besar yang akan membangun bangsa ini ke depan, tidak sekedar menjadi anak yang pintar dan menjadi juara olimpiade...!

www.armanbugis-wecanchange.com
armanbugis@yahoo.com

PENGARUH KEKUATAN CINTA DALAM TEKNIK PEMBELAJARAN

PENGARUH KEKUATAN CINTA
DALAM TEKNIK PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH
Oleh: Arman Andi Amirullah

CINTA seringkali dimonopoli oleh pasangan muda-mudi, terutama yang sedang dimabuk asmara, seolah kata tersebut diturunkan dari langit khusus untuk mereka berdua.
Sampai saat ini kata CINTA masih menjadi sebuah misteri yang tidak kunjung usai diperbincangkan, baik oleh generasi masa lalu, generasi sekarang, maupun generasi yang akan datang.
Namun kesempatan kali ini kita tidak akan membahas arti CINTA dalam persfektif dunia anak muda, akan tetapi kita akan membahasnya dari persfektif filosofi.
Sebelumnya kita perlu menyamakan persepsi tentang arti CINTA dalam kaitannya dengan kekuatan cinta, yaitu bahwa CINTA yang dimaksud dalam artikel ini adalah: “ Suatu kekuatan yang tidak tampak namun memiliki kekuatan yang dahsyat, dan berasal dari hati nurani yang paling dalam dengan dilandasi oleh keikhlasan untuk saling menyayangi sesama makhluk ciptaan Allah”.
Pertanyaan pertama yang muncul adalah :
Dimana letak kekuatan CINTA itu sendiri ?
Untuk memudahkan pembaca menangkap apa arti dari” kekuatan cinta” maka penulis mencoba menguraikannya dalam bentuk cerita:
“ Sebuah film yang fenomenal pernah menggemparkan perfilman nasional karena dapat menyedot penonton terbanyak dalam sejarah perfilman di indonesia, dialah film –LASKAR PELANGI- dikisahkan perjuangan seorang guru yang sangat cinta dan sayang kepada anak didiknya. Sang Guru tersebut mengajar sendiri nyaris tanpa dibayar selama 15 tahun, hanya diupah 15 kg beras yang kadang terlambat dan sudah kutuan. Namun terkadang beras tersebut rela dijual hanya untuk membeli kain lalu dijahit sendiri oleh ibu guru tersebut buat dipakai oleh anak didiknya dalam lomba cerdas cermat di desanya sehingga tidak menjadi cemohan oleh sekolah lain. Suatu waktu sang guru bersepeda bersama anak didiknya menuju ibu kota kabupaten dengan jarak 40 km, kemudian ban sepeda anak didiknya kempes, lalu sang guru begitu ikhlas memompa sendiri ban sepeda anak didiknya. Dilain waktu kancing baju anak didiknya copot, ibu guru tersebut menjahit kancing baju anak didiknya penuh cinta dan kasih sayang.
Dalam film tersebut juga dikisahkan sewaktu hujan lebat..disertai petir..anak didiknya mulai ketakutan karena air hujan menerobos atap sekolahnya yang hampir roboh, terkadang kalau malam hari menjadi tempat berteduh ternak .., sang guru belum juga muncul...anak didiknya ( kls 2 SD ) dilanda ketakutan.., tiba-tiba sang guru muncul dalam keadaan basah kuyup berpayungkan daun pisang.., kemudian salah seorang muridnya bernama ikal menyaksikan ibu gurunya datang penuh dengan cinta dan kasih sayang..lalu terpatri di dalam hati sang murid: “ bahwa suatu saat saya akan menulis untuk Ibu guruku yang tercinta”.( asal usul lahirnya buku LASKAR PELANGI ).
Begitulah arti sebuah CINTA yang memiliki kekuatan yang dahsyat..sehingga bisa melahirkan orang-orang sukses ditengah keterbatasan sarana maupun sumber daya.
Contoh lain : dari kekuatan CINTA dalam perfektif muda-mudi yang sedang jatuh cinta dapat kita temui, bagaimana seorang kekasih rela berpanas-panasan bahkan kehujanan hanya untuk memenuhi permintaan sang kekasihnya. Bahkan tidak berlebihan kalau kita mengingat kata-kata yang sering terdengar oleh telinga kita : “ Tai ayam pun bisa terasa coklat..” ( begitulah arti kekuatan cinta ). Apa yang akan disampaikan oleh sang kekasih dapat dengan mudah ditangkap oleh kekasihnya, bahkan terkadang belum disampaikan sudah dapat ditangkap oleh kekasihnya, karena adanya hubungan batin.
Pertanyaan kedua adalah :
Apakah kekuatan cinta dapat diterapkan dalam teknik pembelajaran ?
Menurut pengamatan penulis bahwa kekuatan cinta tersebut sangat memungkinkan untuk diterapkan dalam teknik pembelajaran di sekolah.
Karena dengan kekuatan CINTA dapat dirasakan getarannya oleh anak didik kita sehingga mereka merasa disayangi oleh gurunya yang berdampak kepada adanya keikhlasan yang muncul oleh murid untuk berbuat sesuatu yang terbaik bagi ibu gurunya sebagai rasa terima kasihnya atas cinta yang tulus yang diberikan dari ibu gurunya.
Atas dasar balas cinta sang guru, murid pun ingin menunjukkan rasa cintanya kepada ibu gurunya dengan prestasi yang dicapai dengan belajar sungguh-sungguh dan penuh kesadaran sehingga akan memicu kemauan sendiri untuk belajar.
Pertanyaan ketiga adalah :
Apa dampaknya bagi peningkatan proses belajar mengajar di sekolah ?
Dampak yang pertama dirasakan oleh murid adalah: dengan kekuatan CINTA dari seorang guru kepada muridnya, dapat memicu/merangsang otak kanan anak untuk aktif secara optimal sehingga kemampuan berpikir anak dapat melejit secara radikal, yang pada akhirnya akan melahirkan proses belajar yang bermutu.
Bukan saja anak didiknya yang aktif otak kanannya, akan tetapi dengan kekuatan CINTA sang guru, juga dapat memicu otak kanan guru tersebut untuk bekerja secara optimal, sehingga kemampuan berpikir kreatif akan lahir dari seorang guru yang ikhlas untuk mencintai muridnya seperti mencintai dirinya sendiri.
Menurut hemat penulis teknik ini secara diam-diam telah diterapkan oleh guru di jepang melalui keikhlasan mengajar serta CINTA kepada pekerjaannya sebagai guru, sehingga melahirkan kekuatan CINTA bagi anak didiknya.
Dampak lain dari adanya kekuatan CINTA seorang guru, yaitu dapat menyamakan frekuensi dan gelombang antara guru dan murid sehingga proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan secara mudah karena gelombangnya sudah sama. Hal ini dapat kita buktikan bagaimana apabila seseorang ingin menangkap siaran radio Prambors yang memancar pada frekuensi FM di gelombang 100,02 kilo herzt. Lalu kita memutar radio di rumah di frekuensi dan gelombang yang berbeda...yaitu di frekuensi AM di gelombang 100,01..apakah siaran radio prambors tersebut dapat kita tangkap dengan baik..? jawabannya : tentunya tidak bisa ditangkap siaran radio tersebut karena gelombang dan frekuensinya tidak sama. Walaupun frekuensinya sudah sama, apabila gelombangnya tidak sama misalnya bedanya hanya 0,1 kilo herzt maka siaran radio tersebut tidak bisa ditangkap oleh kita, kalaupun ada suara maka suara itu tidak jernih tapi berbunyi kresek-kresek.
Karena itu boleh jadi anak didik kita di sekolah saat ini tidak dapat menangkap dengan baik ilmu yang diajarkan oleh gurunya karena gelombangnya belum sama.
Kalau begitu betapa pentingnya menyamakan gelombang antara guru dan murid.
Apa saja yang perlu dilakukan oleh seorang guru sehingga dapat menyamakan gelombangnya dengan muridnya..?
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru agar gelombangnya sama dengan muridnya adalah sebagai berikut :
1. Mengajar penuh dengan Cinta dan kasih sayang terhadap anak didiknya.
2. Setiap hari mendoakan anak didiknya sehabis sholat subuh, agar menjadi anak yang sukses dan mudah menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
3. Sebelum murid sampai di sekolah, guru dan kepala sekolah sudah menunggu sang murid di pintu gerbang, sesekali sambil mengelus kepalanya penuh dengan CINTA dan Kasih Sayang.
4. Senantiasa memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya.
5. Banyak berbuat baik terhadap anak didik dan orang tua murid, serta masyarakat sekeliling sekolah.
Dampak lain yang juga tidak kalah pentingnya bagi anak didik adalah: dengan kekuatan Cinta dan Kasih Sayang dalam teknik pembelajaran di sekolah dapat melahirkan generasi yang tumbuh penuh dengan cinta dan kasih sayang sehingga tidak lagi terjadi perkelahian antar pelajar, penyalah gunaan narkoba, kerusuhan, dan lain-lain.
Juga dapat melahirkan generasi yang peduli kepada sesama, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda.
Keadaan ini menjadi sebuah mimpi apabila dihadapkan pada kenyataan bahwa: “ Kapan suasana seperti ini dapat kita capai kalau para guru kita terfokus untuk saling berlomba mengejar nilai yang tinggi untuk memenuhi persyaratan agar anak didiknya dapat memenuhi persyaratan kelulusan, dengan melalui usaha latihan mengerjakan soal-soal, try out, serta tambahan les beberapa mata pelajaran, dan lain-lain. Belum lagi guru kita waktunya banyak tersedot oleh administrasi kelas, pelaporan dana BOS, pelaporan bantuan dana DAK, block grant, serta dana-dana lainnya.

Dipersembahkan oleh : arman andi amirullah, staf Dit.Pembinaan TK dan SD, Depdiknas.
( http://www.armanbugis-wecanchange.com )armanbugis@yahoo.com