Wednesday, December 31, 2008

HOWARD GARDNER ASAL BELITONG

HOWARD GARDNER
ASAL BELITONG
( Bedah Buku The Phenomenon, Laskar Pelangi )

Pengelolaan kelas Laskar Pelangi membuat pemerhati dan pengelola pendidikan, Haidar Bagir, berdecak kagum. Ada benih pemahaman konsep multiple intellegences dalam proses pengajaran di SD Muhammadiyah Belitong pada tahun 1970-an, siapa lagi kalau bukan Bu Muslimah, sang inspirator dari laskar pelangi, guru yang amat dicintai oleh murid-muridnya, sekaligus menjadikan muridnya menjadi gila ilmu, dan mampu meraih mimpi-mimpinya sekolah ke Sorbonne, Prancis, serta keliling Eropa dan Afrika.

Bu Muslimah telah lebih dini menemukan paradigma multiple intelligences ( kecerdasan majemuk ). Padahal teori pendidikan itu baru diperkenalkan oleh Dr. Howard Gardner, profesor pendidikan Universitas Harvard, tahun 1983, dan baru populer di Indonesia sepuluh tahun terakhir. Bu Muslimah menerapkan teori multiple intelligences sepuluh tahun sebelum teorinya lahir. Sungguh mengagumkan guru desa dari pedalaman belitong yang hanya bermodalkan CINTA KASIH dan KEIKHLASAN.

Tentu saja konsep multiple intelligences tidak terlalu disadari oleh Bu Muslimah ketika mengajar. Juga belum dikenal oleh kepala sekolah SD tersebut ( Pak Harfan ) yang kata Andrea Hirata, bila berorasi sejam serasa semenit, karena saking memukaunya.

Ukuran kecerdasan bagi Bu Muslimah tidak tunggal, tapi beragam. Murid cerdas bukan hanya monopoli anak jago matematika, seperti Lintang. Sosok demikian hanya menunjukkan salah satu jenis kecerdasan : logical-mathematical intelligence.
Anak yang ulung mengarang dongeng, sekalipun kadang bualan, dan merdu melantunkan gurindam, semacam Mahar, juga berhak menyandang sebutan cerdas pada dimensi berbeda : linguistic dan musical intelligence.

Siswa yang lemot dalam berhitung, namun sok tahu, bermulut besar, banyak teori, selalu optimistis, dan punya jaringan luas seperti Kucai, yang karenanya terus-menerus jadi ketua kelas, tidak berhak dimaki, ” Bodoh!”. Ia memiliki sisi lain kecerdasan : interpersonal dan linguistic intelligence.

Begitulah potret anggota laskar pelangi. Bu Muslimah merangsang setiap jenis kecerdasan itu berkembang secara alamiah. Sesuai kapasitas otak, bakat, emosi, dan mental anak. Bu Mus mengajar dengan pendekatan demikian itu hanya dengan mengandalkan naluri kepedulian pada pendidikan anak.

Murid jenius seperti Lintang terus ditantang sampai titik maksimal, keliaran rasa ingin tahu dan daya jelajah otaknya. Ketika Lintang dalam tempo cepat mampu menjawab pertanyaan, ” 13 kali 6, kali 7 tambah 83 kurang 39 !”, Bu Mus selain memberi sanjungan yang membesarkan nyali, juga menambah dengan pertanyaan lebih menantang, ” 18 kali 14 kali 23 tambah 11 tambah 14 kali 16 kali 7.” Kurang 7 detik, Lintang mampu menjawab dengan tepat.

Sementara anak dengan bakat kepemimpinan seperti Kucai, ketika sempat kehilangan minat menjabat ketua kelas, lantas diyakinkan oleh Bu Mus, bahwa mengemban amanat kepemimpinan adalah tugas mulia dan didoakan banyak orang. Kucai pun kembali bersemangat.

Sampai-sampai Andrea Hirata membuat gambaran tentang Kucai, ” Dengan gabungan sifat kucai yang populis, sok tahu, oportunis,, plus otaknya yang lemot, Kucai memiliki semua kualitas menjadi seorang politisi.”

Sedangkan Harun yang terbelakang mental, setiap menjawab pertanyaan, baik jawaban salah maupun benar, dan lebih sering salah, selalu diacungi jempol oleh Bu Mus. Meski Harun tidak bisa menulis, tapi selalu diikutkan naik kelas, walau tanpa rapor.

Bagi Bu Mus, yang penting, Harun tetap semangat bersekolah, paling tidak, ia menjadi berkesempatan menikmati interaksi dan sosialisasi dengan anak-anak normal sebayanya. Kalaupun kualitas ilmu tidak membaik, paling tidak kualitas akhlaknya, tindak-tanduknya, dan tutur katanya terus bisa diperbaiki, sungguh suatu sifat bijak dan berkeadilan yang dimiliki oleh seorang guru desa yang bernama Bu Muslimah.

Menurut Haidar Bagir ” Dalam paradigma multiple intelegences, kenakalan murid tidak dilihat secara buruk.” Sebetulnya tidak ada anak nakal dalam arti negatif, itu hanya anak-anak yang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.

Kata Thomas Amstrong, ” Itu bukan anak nakal, Anak yang kalau kita mengajar dia ngomong terus, berarti anak yang kecerdasan verbal-linguistiknya tinggi. Anak yang kalau kita mengajar lari-lari terus, juga bukan anak nakal, tapi anak yang kecerdasan fisikal-kinestetiknya tinggi. Anak yang kalau kita mengajar, dia tidak mendengarkan, melamun terus, itu kecerdasan interpersonalnya tinggi.”

Kemudian Haidar melanjutkan bahwa,” Mereka seolah-olah ingin mengatakan kepada gurunya, ” Saya ini senang diajar gerak. Kalau anda tidak mengajar saya banyak gerak, saya akan gerak sendiri. Saya ini senang ngomong, kalau nggak dikasih kesempatan ngomong, saya akan ngomong sendiri.”

Kini bukan zamannya lagi, orang tua atau guru memarahi anak atau murid mereka dengan mengatakan, ” Kamu cuma pinter bicara, tapi matemetika bodoh.” Setiap anak memiliki dimensi kecerdasannya sendiri-sendiri. Dan Bu Muslimah telah menerapkan prinsip, yang belakangan dipolpulerkan Howard Gardner itu, sejak tahun 1970 an di kampung pedalaman pulau Belitong.

Cinta kasih membuat Bu Muslimah menjadi Howard Gardner sekian puluh tahun sebelum Gardner menelorkan teorinya: Multiple Intelligences.

Setiap anak mempunyai kecerdasan sendiri-sendiri. Semua jenis kecerdasan harus dirangsang agar berkembang secara alamiah. Sesuai kapasitas otak, bakat, emosi, dan mental anak.

Tak ada anak bodoh dan nakal. Kenakalan anak tidak dilihat secara buruk. Itu hanyalah ekspresi anak mengajari gurunya, ” Bila mau membuat saya pintar beginilah caranya.”

Itulah sebagian dari kepiawaian dari seorang guru desa bernama Bu Muslimah yang sungguh mengagumkan beberapa pakar dan pemerhati pendidikan dalam teknik mengajar, belum lagi bagaimana Bu Muslimah membuat muridnya GILA ILMU seperti Andrea Hirata.

Sungguh suatu pelajaran berharga bagi para pembina pendidikan yang ada di negeri tercinta ini, apakah mampu menjadikan fenomena ini menjadi cikal bakal berubahnya arah pendidikan di Indonesia. Atau mereka tetap asyik dengan teknik yang kaku, sebagaimana yang terjadi saat ini, senang mengejar nilai tinggi dan medali ?.


Disarikan oleh : arman andi amirullah
Dit.Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
.

Wednesday, December 17, 2008

HUMOR ALA MARYAMAH KARPOV

HUMOR ALA MARYAMAH
KARPOV
Oleh: Mr.Guasa

Sungguh cerdas si anak belitong, Andrea Hirata alias Ikal, alias Tonto, alias Andis begitu Bu Muslimah memanggil penulis laskar pelangi yang fenomenal itu.
Novel terakhirnya dari rangkaian cerita tetralogi laskar pelangi telah dilaunching di salah satu stasiun TV Swasta diberi judul yang menarik penuh misteri, dan membuat orang penasaran kenapa nama Maryamah ( asli melayu ) digabung dengan nama karpov ( nama belakang pemain catur Rusia ) sungguh suatu ide yang cemerlang sehingga orang menjadi tambah penasaran untuk membaca buku tersebut, apalagi buku sebelumnya juga menjadi best seller.

Namun penulis tidak akan mengupas kenapa Maryamah diberi gelar Karpov? atau kenapa buku terakhir dari tetralogi laskar pelangi diberi judul Maryamah Karpov oleh penulisnya, agar pembaca tambah penasaran untuk membaca buku tersebut yang penuh dengan petualangan dan humoristik.

Penulis ingin mengajak pembaca untuk menikmati rasa humor si Ikal penulis laskar pelangi dalam buku ke empat ”Maryamah Karpov.”
Pada Mozaik 20 halaman 118 -126 yang berjudul ” Berahim Harap Tenang ” dikisahkan seorang pemuda melayu bernama Berahim yang pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang operator proyektor film bioskop di belitong timur, sebelum film dimulai selalu diputar lagu pembukaan” Garuda Pancasila”. Dan yang selalu duduk dibangku paling depan adalah ” Kamsir Si Buta dari Gua Hantu ” karena kemana-mana selalu menenteng monyet di pundaknya persis pendekar Si Buta dari Gua Hantu yang sehari-harinya sebagai juru dempul perahu yang terobsesi dengan film, sehingga tak pernah cukup jika belum menonton film yang sama – delapan kali. Meski bioskop kosong Kamsir pasti duduk paling depan.

Suatu ketika ia menonton film Si Buta dari Gua Hantu, pulang dari bioskop dia jadi senewen, Ibunya bingung melihat Kamsir tak mau makan, tak mau tidur, gelisah karena ingin bertemu Ratno Timoer pemeran Si Buta dari Gua Hantu, Ia kemudian menabung hasil mendempul dua belas perahu selama empat bulan dan tak seorangpun bisa menghalanginya berlayar ke Jakarta untuk menemui Ratno Timoer. Kamsir dilanda sakit gila nomer sebelas: ingin jadi jagoan seperti dalam film.

Berahim Harap Tenang, juru pancar film- Ia dianugerahi julukan antik itu sebab setiap ganti rol, Ia memasang slide text HARAP TENANG di layar. Suatu ketika Berahim memutar rol kelima pada jeda ketiga, rol terakhir diputar jadi rol keempat. Ia keliru, akibatnya penjahat film itu yang tadinya sudah mati jadi hidup lagi.

Selidik punya selidik, Berahim Harap Tenang rupanya sering melakukan kesalahan yang sama. Desas desus beredar, Ia dicurigai sengaja salah, terutama jika dalam rol kedua film jagoan atau penjahatnya mati. Ki Chong pemilik bioskop, tak dapat bertindak lantaran hanya Berahim satu-satunya umat Nabi Muhammad di Belitong Timur yang dapat mengoperasikan proyektor film kuno yang banyak tuas, tombol, dan kabel-kabelnya itu. Maka suka-suka Berahimlah. Ia memposisikan dirinya sendiri sebagai sutradara dengan cara menukar-nukar rol film. Maka mati hidup penjahat atau jagoan dalam film, berada ditangannya. Berahim menderita sakit gila nomor tiga puluh: merasa dirinya seperti Dewa Marduk pujaan kaum sesat Babilonia, bisa menghidupkan orang mati.

Di luar bioskop, beberapa orang bersarung ( suku bugis ) berdebat dengan orang Tionghoa tentang penjahat yang mati lalu hidup lagi.

Larengke marah-marah !
” Aku tonton pelem ini di Pangkal Pinang penjahatnya itu dikasih mati sama itu pendekar, mati ! Tak pernah dia hidup lagi !”

Keponakan Ki Chong berkomentar....!
” Ke, dari dulu kudengar kabar, film-film di Pangkal Pinang memang tidak ada yang beres! Kalau mau cerita yang benar, di bioskop Pamanku inilah..!!”

” Mana mungkin.....,Pelem-nya sama !!”

” Mungkin saja! Semua bisa terjadi dalam film.Orang miskin bisa jadi kaya, Orang kaya jadi miskin! Laki-laki jadi perempuan, Perempuan jadi setan, bisa saja Ke..!”

” Tapi tak ada Orang mati bisa hidup lagi!! ” dengan suara yang tinggi.
Pertengkaran memanas. Terpaksa mereka mendatangi Berahim Harap Tenang. Kebetulan Berahim sedang membuka gembok sepedanya waktu itu. Ia memandang Orang-orang yang bertengkar dengan khusu, dan menjawab secara filosofis, tanpa rasa bersalah.

” Tak usahlah kalian cemaskan. Jagoan atau penjahat yang mati dalam pelem, semuanya masuk neraka!” lalu Ia ngeloyor. Di dalam diri Berahim, aku melihat bagaimana seseorang nantinya akan berevolusi dari sakit saraf menjadi psikopat. Dari 44 macam sakit gila yang telah kudaftar, yang model Berahim ini adalah yang paling berbahaya.

Pada Mozaik ke 28 Andrea Hirata bercerita Bahwa: Orang Melayu amat asosiatif dan metaforik, penuh perlambang dan perumpamaan. Hal itu terefleksi pada hobi mereka berpantun dan menjuluki orang. Meski Islam melarang panggilan-panggilan buruk, mereka nekad saja. Gelar-gelar aneh itu umumnya ditujukan untuk menghina. Karena itu setiap orang berusaha menghindarinya. Namun julukan dalam masyarakat kami, seumpama penyakit cacar. Bisa menimpa siapa saja sembarang waktu. Julukan dapat berangkat dari hal-hal yang sederhana, misalnya ciri-ciri fisik, profesi, kebiasaan, obsesi, atau kejadian.

Muas yang berkulit gelap digelari Muas Petang 30, karena petang 30 adalah istilah orang melayu untuk menyebut malam yang paling pekat saban 30 almanak, sebab tanggal itu bulan tengah tiarap di belahan bumi yang lain. Andrea dipanggil Ikal, lantaran rambutnya yang ikal.
Rustam yang bekerja di koperasi Meskapai Timah dijuluki Rustam Simpan Pinjam. Munawir mengemban amanah majelis tinggi BKM ( Badan Kemakmuran Masdjid ) Al-Hikmah selaku tukang mengumumkan jika umat meninggal dunia. Suaranya lantang bertalu-talu seantero kampung lewat speaker TOA yang mencorong di atas menara masjid ke empat penjuru angin, mengabarkan siapa bin siapa yang wafat, usia berapa, dan alamatnya. Karena jabatan menaklimatkan kematian itu, Munawir dijuluki Munawir Berita Buruk.

Dalam kelompok julukan berdasarkan profesinya terdapatlah korban-korban seperti Mandor Djuasin, Marsanip Sopir Ambulans, dan Mahadip Sherif.
Pak Tua Mansyur Ismail yang biasa dipanggil Modin, penghulu, dan penasihat pernikahan mendapat gelar unik Modin Mahligai.
Makruf,Bc.IP, tamatan sekolah pemasyarakatan di Bandung itu belakangan dijuluki orang Makruf Bui,Bc.IP.

Dari kelompok kebiasaan, muncullah Berahim Harap Tenang dan Berahim Harap Tenang Junior. Munaf yang jika bicara senang memakai kata Katakanlah, melengketlah nama Munaf Katakanlah padanya.
Jika film diputar di MPB ( Markas Pertemuan Buruh ) , orang-orang kampung tak mau memarkir sepedanya dekat sepeda Mahmuddin. Karena tak hanya sekali dua Mahmuddin keliru membawa pulang sepeda orang.

Kebiasaan pelupa Mahmuddin memang sudah keterlaluan. Sering ia membonceng istrinya ke pasar, lalu pulang sendirian. Ia lupa bahwa tadi ia mengantar istrinya.
Mahmuddin adalah kakak kelas Andrea di sekolah laskar pelangi. Gejala pelupa akutnya kali pertama ditemukan kepala sekolah Pak Harfan. Waktu itu Mahmuddin diikutkan lomba membaca deklamasi. Di tengah pertunjukannya ia tertegun seperti orang menahan kencing. Wajahnya tegang tapi menunduk, kakinya ia geser-geser, rupanya ia lupa ayat-ayat deklamasinya. Ketua dewan juri yang bijak mempersilahkan Mahmuddin membaca saja deklamasi itu. Mahmuddin mencari-cari kertas dalam saku baju dan celananya. Tak ada. Ia turun panggung dan mengatakan pada Pak Harfan bahwa catatan deklamasinya terlupa di rumah. Dewan juri dengan sabar menyuruh Mahmuddin pulang untuk mengambil catatan itu sebab Mahmuddin adalah pembaca deklamasi yang berbakat, sayang melewatkan penampilannya. Diperlukan waktu lama menemukan sepeda Mahmuddin karena ia lupa parkir di mana. Ia pulang dan tak menemukan catatannya karena ia lupa di mana ia meletakkannya. Ia kembali ke gedung pertunjukan, melaporkan semuanya pada Pak Harfan.
” Kalau begitu, baca langsung dari bukunya.” Mahmuddin mengerutkan dahinya. ” Buku yang mana, Ayahanda Guru ?”
” Buku Risalah Deklamasi yang kupinjamkan padamu.” Mahmuddin seperti bingung.
” Mungkin Ayahanda lupa, aku tak pernah dipinjami buku oleh Ayahanda.” lagi-lagi Mahmuddin lupa buku yang pernah dipinjami oleh Pak Harfan.

Mahmuddin setelah tamat SD sering berganti-ganti pekerjaan gara-gara soal lupa. Ia pernah diangkat Ketua Karmun menjaga pintu air. Akibatnya fatal, kampung berkali-kali banjir gara-gara Mahmuddin lupa. Pernah pula ia jadi TLH ( Tenaga Lepas Harian ) yang disewa tuan pos pada musim sibuk lebaran. Kantong pos untuk Tanjong Pandan dilabelinya Tanjung Pinang, terpaksa warga Tanjong Pandan menerima kartu lebaran Idul Fitri pada saat Lebaran Idul Adha. Berbagai kartu ucapan selamat, berduka, dan undangan menjadi basi. Luar biasa karunia daya ingat yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sebab jika bidang itu tak beres, maka kacau balaulah semuanya. Sejak kejadian yang menghebohkan itu, Mahmuddin dijuluki MAHMUDDIN PELUPA.

Lain pula kisah Marhaban. Ia yang selalu bertugas sebagai komandan pasukan baris berbaris pada acara tujuh belas Agustus digelari Marhaban Hormat Grak. Waktu meninggal namanya di batu nisan tetap Marhaban Hormat Grak. Semua orang tak kenal bahwa nama aslinya Marhaban Fadilah Ansyari bin Hasan Muslim Ansyari. Bahkan sering terjadi, pemilik nama yang telah puluhan tahun dipanggil dengan nama julukan, lupa akan nama aslinya sendiri. Marhaban punya anak yang beranjak dewasa, dan orang-orang kampung mulai memanggilnya Marhaban Hormat Grak II.

Dari kelompok obsesif:
Rofi’i tergila-gila ingin jadi Bruce Lee. Pakaiannya seperti Bruce Lee. Sering tanpa alasan jelas ia menepis hidungnya sendiri, kemana-mana membawa senjata double stik khas Bruce Lee meski hanya untuk menakut-nakuti anjing orang-orang Khek, akhirnya ia dijuluki Rofi’i Bruce Lee.
Lain lagi dengan Muslimat tergila-gila dengan Rambo sehingga kemana-mana selalu mengikat kepalanya maka dijuluki Muslimat Rambo. Daud ingin menjadi penyanyi terkenal Malaysia P.Ramlee, maka ia dipanggil Daud Biduan, Ramlah punya obsesi yang sama ingin menjadi penyanyi walau suaranya sumbang sehingga dia dipanggil Ramlah Biduanita. Sementara Mustahaq mati-matian memodifikasi sepeda motor rongsokan Honda V80-nya agar tampak seperti Harley. Maka ia dianugerahi gelar kehormatan Mustahaq Davidson. Reza Pahlawan Dirgantara bin Seliman, pendulang timah penderita sakit gigi itu, disebabkan kegilaannya pada layar tancap, di manapun ia datangi walau hanya siaran propaganda keluarga berencana, akhirnya dipanggil Tancap bin Seliman.

Mursyiddin selalu terobsesi dengan jemuran orang. Jemuran yang melambai-lambai ditiup angin ia maknai sebagai sedang memanggil dirinya. Alhasil dianugerahilah, dengan penuh kehormatan dan rasa sayang persahabatan, padanya nama Mursyiddin 363, sebuah nama yang terinspirasi oleh KUHAP pasal 363, soal hukum percolongan benda remeh temeh.

Lain lagi dengan Jumiadi , buruh kasar, pejantan tulen, lelaki tegak lurus, lelaki pendulang timah yang melankolik. Jumiadi bisa menangis tersedu-sedu hanya karena di TVRI melihat PSSI kena gulung Malaysia. Ia berhari-hari tak mau makan, sampai menyusahkan Ibunya, lantaran burung tekukur peliharaannya mati. Saban hari Jumiadi mengunjungi pusara burungnya, untuk menabur bunga. Jika mendengar lagu Padamu Negeri, bisa dipastikan Jumiadi meleleh-leleh air matanya. Hati lelaki kuli itu amat perasa, dan anehnya Jumiadi tak pernah menyembunyikan isaknya. Ia tanpa ragu menangis di depan orang banyak jika hatinya sedang pilu, di tengah warung kopi, di pinggir lapangan bola, di dalam bioskop, Jumiadi tersedak-sedak sekehendak hatinya. Karena itu semua , dijulukilah Jumiadi sebagai Setengah Tiang. Inspirasinya dari bendera setengah tiang: Perlambang duka lara.

Lain Jumiadi lain pula Mustajab, Ia sangat ingin namanya seperti orang Barat yang ia dengar dari film bioskop Ki Chong. Lalu ia, menemukan sendiri gelar untuknya: Mustajab Charles Martin Smith.
Zainul Helikopter juga girang kepalang karena julukan tersebut, sebab, julukan itu akan mengingatkan siapa pun akan kehebatannya mendaratkan helikopter Puma TNI-AU dengan gusinya.
Nur, yang pernah disambar petir, tapi selamat dan meninggalkan bekas di sebelah kepalanya seperti hangus, dijuluki Nur Gundala Putra Petir.
A Liong mualaf yang telat disunat mengalami penyembuhan yang cukup lama sampai harus dipasangi Koteka utk menutupi luka sunatnya yang sering bernanah, akhirnya dianugerahi gelar A Liong Koteka.

Namun dalam kelompok berdasarkan kejadian:
Tak ada yang lebih sial dari Muharram. Ia seperti kena kutukan gelar. Semula tak ada yang mengutak-atik namanya yang agung, Muharram Bilalluddin bin Abidin Muchlasin.
Kejadian petaka itu terjadi setelah Muharram ikut lomba panjat pinang di kampung Belitong, dengan susah payah penuh perjuangan yang melelahkan akhirnya Muharram berhasil naik ke puncak pohon pinang dengan bantuan Tim-nya, alhasil setelah di atas, mereka bingung mau ambil hadiah yang mana. Karena hadiahnya semua ditulis di karton yang sama, yang membedakan hanya tulisannya termasuk hadiah motor, sepeda, televisi, kulkas, pulpen, taplak meja, kapur barus, kaus kaki, dan buku gambar. Dengan sorak sorai dari bawah memberi petunjuk kepada Muharram agar mengambil hadiah yang paling mahal, membuat Muharram tambah bingung bukan karena banyaknya hadiah, tapi karena bingung semua tulisannya tak berarti baginya karena tidak bisa membaca alias buta huruf. Akhirnya karena terdesak oleh Tim-nya, dengan penuh keyakinan diambilnya beberapa karton hadiah dan langsung turun dengan penuh semangat dan suka cita. Setelah sesampainya di bawah dibacakan oleh Tim-nya nama hadiah yang berhasil diambil: Pompa sepeda, taplak meja, kapur barus, kaus kaki, dan buku gambar. Sejak kejadian itu, nama Muharram berubah jadi MUHARRAM BUKU GAMBAR.

Peristiwa-peristiwa yang unik tersebut di atas, diceritakan secara menarik oleh Andrea Hirata sebagai penulis sastra yang berbakat, cara penuturan yang kocak dan kejadian yang menggambarkan kehidupan anak Melayu sungguh menghibur para pembaca, dan tentunya itu hanya cuplikan dari 500 halaman dari buku Maryamah Karpov.
Penulis sangat terkesan dengan nama warung kopi yang sering dijadikan tempat berkumpul para anak muda Melayu, tak ketinggalan para orang tua dan para etnis Tionghoa, bernama Warung Kopi ” Usah Kau Kenang Lagi”.

Semoga tulisan ini yang merupakan cuplikan dari buku Maryamah Karpov karya Andrea Hirata dapat menghibur para pembaca, sekaligus menjadi kepuasan tersendiri oleh penulis karena dapat berbagi kebahagiaan kepada orang lain.

With love...
Seperti puisi yang kautuliskan...

Seperti nyanyi yang kaulantunkan..

Seperti senyum yang kausunggingkan..

Seperti pandang yang kaukerlingkan..

Seperti CINTA yang kauberikan..

Aku tak pernah, tak pernah merasa cukup..

( Andrea Hirata )

Cinta sesungguhnya, bagaikan engkau menikmati makanan serasa nikmat bukan kepalang, gurih..., lezat....berselera....., berkeringat....., dengan rasa pedes yang menggigit...., dan alangkah nikmatnya karunia Tuhan bernama CINTA.
( Mr.Guasa/fx,091208 ) by arman andi amirullah, Desember 2008.